Selasa, 09 Juni 2015

Religi : Masjid Agung Kota Kediri



Masjid Agung Kota Kediri dari depan
 Setiap kota pasti memiliki setidaknya 1 buah masjid besr yang cukup terkenal oleh masyarakat sekitarnya. Sama seperti di Kota Kediri, dimana Masjid Agung Kota Kediri berdiri gagah tepat disisi Alun-alun kota kediri. Tapi tidak seperti masjid-masjid biasa yang barusan dibangun lainnya, masjid ini memiliki sejarahnya sendiri, simak informasi berikut ini tentang sejarah bangunan yang kita juluki sebagai "Rumah Allah" ini begitu juga keadaannya sekarang ini.


Sejarah Masjid Agung
   Berdasarkan prasasti kayu jati yang pertama, tertulis di mahkota yang dipasang di atas joglo masjid lama terukir tahun 1771 M. Dapat diduga bahwa Masjid Ageng Kediri dibangun yang pertama kali pada tahun 1771 M.
   Pada tahun 1974, seorang yang bernama Mustakeh (Pegawai Kadaster) pernah memberi keterangan, bahwa ia bertemu seseorang yang bernama Bang Amat pernah memberi tahu bahwa ia (Bang Amat) ?menangi’ zaman Perang Diponegoro (Tahun 1825-1830 M) dan pernah shalat di Masjid Jami’ Kauman Kediri. Ketika Bang Amat Shalat di Masjid itu bangunan Masjid masih kelihatan baru. Hal ini diduga dan dicatat bahwa Masjid Ageng Kediri dipugar yang pertama kali di sekitar tahun 1830 M
   Prasasti kayu jati yang kedua ditulis di mimbar masjid berbunyi: KOLO ADEGIPUN MINBAR MESJID AGENG ING KEDIRI SABTU PAHING, WULAN HAJI KAPING 5, TAHUN ALIF 1261 MIN HIJROTIN NABIYYI MIN MAKKATA ILAL MADINAH.
 Prasasti kayu jati yang kedua ini menjelaskan bahwa mimbar (tempat khotib berkhothbah) Masjid Ageng dibuat dan dipakai setelah fisik Masjid ada pada tahun 1261 H atau tahun 1841 M. Mimbar bersejarah ini kita lestarikan dan sampai saat ini kondisinya masih baik dan masih digunakan untuk tempat khotib berkhothbah. (Semula mimbar kayu jati ini di-cat, sekarang direnovasi dan dikembalikan ke aslinya yaitu di politur).
Prasasti ketiga terbuat dari bahan marmer, berbunyi : MESJID AGENG KEDIRI KAMULYA ?AKEN AMARENGI DINTEN REBO WAGE PING 6 WULAN SAPAR HIJROH 1347 UTAWI PING 25 JULI 1928 SAKING KERSO DALEM KANJENG RADEN ADIPATI HARIYO DANUDININGRAT BUPATI KAPING WOLU ING KEDIRI SAREMBAG KALIYAN PORO MUSLIMIN KANTHI PANYUWUN DATENG GUSTI ALLOH, MUGI-MUGI TIYANG KEDIRI SAMI PINARINGAN IMAN SEMPURNO TEBIH DATENG TINDAK DUROKO ANETEPI PANGANDIKANIPUN GUSTI ALLOH, KADYO INGKANG KADHAWUHAKEN ING SALEBETING ALAM ARWAH.
Berdasarkan prasasti marmer, pada tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M Masjid Jami’ Kediri dilakukan pemugaran yang kedua oleh Bupati Kediri ke-8 yang bernama KRA. Haryo Danudiningrat dengan membentuk semacam kepanitiaan yang diketuai oleh Kanjeng Pengulu yang bernama R. H. Ali Mustoha. Karena beberapa pertimbangan syariah yang mendasar, maka pemugaran kali ini melibatkan ulama besar, yakni Almaghfurlah KH. Hasyim Asy’ari dan Almaghfurlah KH. Wahab Chasbullah dari Jombang. Sejak tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M. Sebutan Masjid Jami’ diubah dengan penambahan beberapa bangunan baru antara lain : perluasan serambi Masjid kearah timur, tutup serambi dibuat bentuk kubah.
Pada awalnya, di sebelah kanan dan kiri masjid ada kolam air yang pembuangannya di salurkan ke arah timur menuju parit yang berada di pinggir jalan besar (sekarang Jln. Panglima Sudirman). Sejak tahun itu air ditimbun dan di atasnya dibuat dua buah bangunan yang berbentuk bulat dan dijadikan kantor Raat Agama dimana RH. Ali Mustoha sebagai kepala kantornya. Perlu dijelaskan, bahwa pada tahun itu jalan masuk ke mesjid Ageng ada tiga, yakni jalan masuk sebelah kiri, tengah, dan kanan.
Selaras dengan perkembangan pemerintahan, terutama sejak pemekaran Daerah Tingkat II, maka sejak tahun 1954 diadakan pemekaran daerah. Semula di Kediri hanya ada satu Daerah Tingkat II yakni Kabupaten Kediri kemudian dipecah menjadi dua daerah hingga berdiri Kota Praja Kediri (sekarang menjadi Pemerintah kota Kediri) dan Mesjid Ageng masuk ke dalam wilayah Kota Praja Kediri.
Pada tahun 1976 Ta’mir Masjid Agung Kota Kediri membangun sebuah menara yang berada dimuka sebelah kanan masjid. Berdasarkan Prasasti peresmian menara saat itu Walikotamadya dijabat oleh Drs. Soedarmanto. Pada tahun 1987 M, Ta’mir Masjid Agung bersama Pemerintah Kotamadya Kediri (Walikotamadya Daerah Tingkat II Kediri saat itu dijabat oleh Drs. Setijono) melakukan pemugaran atau lebih tepat disebut dengan merehap masjid yang ke-3 yakni merehap kubah yang semula Kubah dari bahan kayu direhap bentuknya menjadi bulat dan menggunakan bahan semen cor, merehab tempat wudlu’, jamban dan pintu masuk masjid. Usia Masjid Agung ini menurut catatan yang ada sampai dengan akhir tahun 2001 M atau tahun 1423 H berusia kurang lebih 230 tahun.
Kegiatan Pengajian yang rutin diadakan tiap minggu pagi
Seperti masjid besar lainnya juga, masjid ini juga selalu menjadi pusat kegiatan keislaman yang diadakan di kota Kediri, contohnya seperti gambar disamping berikut. Dimana diadakan pengajian di lantai bawah Masjid Agung Kediri. Pengajian ini juga memiliki Penceramah yang selagi menghibur, juga memberi para pendengarnya ilmu agama yang tentunya bermanfaat sampai di akhirat nanti. setelah Pengajian selesai, para pengunjung juga disuguhi dengan soto ayam gratis terutama yang saat datang masih belum sarapan. Selain acara pengajian tersebut, tentunya masjid ini juga sering digunakan sebagai tempat merayakan hari-hari besar islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain. Bahkan kadang para pengguna jalan dibuat repot olehnya karena Pengunjung yang sangat banyak sampai menutupi seluruh jalan pada hari-hari besar tersebut. Tentunya, masjid ini bukan masjid yang biasa-biasa saja.

~Sumber :kedirikota.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar